Seiring senja yang hilang di ufuk barat, terlihat antrian panjang yang memenuhi bagian depan gedung pertunjukkan GotheHaus, bahkan antrian tersebut sampai ke luar lapangan parkir Goethe Institut , Menteng, Jakarta. Maklum, pada Jumat, 26 Juli 2013, bintang musik pop yang telah menjadi ikon atas perkembangan pop culture generasi muda di Indonesia saat ini, White Shoes And The Couple Company, menggelar sebuah konser gratis dalam rangka ‘syukuran’ yang telah menjadi tradisi mereka selepas merampungkan tur Eropanya untuk kedua kalinya di 3 negara daratan Skandinavia dan di satu kota Eropa, Berlin, Jerman. Konser ini juga sekaligus menjadi rilis jurnal mereka kedua kalinya dalam bentuk majalah berisi 40 halaman yang mereka kelola secara mandiri dan hanya dicetak terbatas.
Dalam pres-con yang dilangsungkan 1 jam sebelum konser di GoetheHaus, mereka menceritakan kesan-kesan selama tour Eropa keduanya yang memiliki atmosfir berbeda-beda. Dimulai dengan tampil di festival besar World Village Festival di Helsinski, Finlandia, sebuah annual event festival dari berbagai disiplin seni dengan konsep-misi-program yang membawa pesan atas perspektif baru dalam bentuk toleransi pada isu multikulturalisme dan isu global. Tour Eropa-nya yang kedua kali ini mereka akui benar-benar memanfaatkan fasilitas umum, khususnya transportasi publik untuk menempuh beberapa destinasi tur mereka selanjutnya di Eropa. Seperti dari Helsinski menuju Stockholm, Swedia mereka menggunakan kapal pesiar, kemudian menggunakan kereta api dari Stockholm menuju Copenhagen, Denmark, dan menggunakan bus dari Copenhagen menuju destinasi terakhir ke kota Berlin, Jerman. Di kota terakhir, WSATCC bekerjasama dengan organisasi seni lokal (ZKU-Berlin) untuk perform dalam sebuah gig intim di sebuah bunker art space.
Bagi WSATCC, perjalanan tour Eropa ke dua ini semakin menginspirasinya untuk terus menjalani langkah yang telah ditempuh sambil tak lupa bersenang-senang menikmati keindahan di empat kota Eropa dengan kultur yang berbeda-beda sekaligus menambah jaringan dari kenalan-kenalan baru yang ditemui selama 2 minggu. Untuk tahu lebih lengkap kisah perjalanan tur Eropa mereka, kalian bisa membacanya di Eropean Tour Journal yang mereka rilis bersamaan dengan acara konser mereka di GoetheHaus ini.
Kembali pada konser mereka di GoetheHaus, sekitar pukul 19.30 pintu ruangan gedung pertunjukkan di buka. Karena kapasitas GoetheHaus hanya sekitar 300 kursi, panitia penyelenggara mengutamakan para tamu undangan dan penonton yang telah mendaftar sebelumnya. Namun antusias penonton yang membludak, membuat beberapa penonton tidak mendapatan kursi dan berdiri mengisi badan jalan ruang pertunjukkan. Itupun masih menyisakan beberapa penonton yang masih mengantri di depan pintu ruangan. Namun dengan koordinasi panitia penyelenggara yang apik, panitia memecah penonton secara tertib untuk bergantian masuk ke dalam ruang pertunjukkan GoetheHaus menyaksikan konser music White Shoes And The Couple Company yang terbagi atas dua sesi.
Sesi pertama mulai pada pukul 20.00 di awali video screening WSATCC berdurasi 5 menit menampilkan perform spontan mereka di atas kapal pesiar perjalanan dari Helsinski menuju Stockholm. Kemudian dalam remangnya lampu panggung, para personil WSATCC masuk ke panggung pertunjukkan dan lampu spot menyinari masing-masing mereka. Pada sesi pertama mereka memainkan sembilan lagu dengan diiringi latar ilustrasi visual mulai dari lukisan mooi indie, artwork WSATCC, sampai slide foto perjalanan tour mereka di Eropa. Beberapa lagu diantranya seperti Tjangkurileung, Roman Ketiga, Windu Defrina, Nothing to Fear, Sunday Memory Lane, Runaway Song, dan Today is no Sunday. Kemudian pada tembang Senja dan Kapiten, di mana Ricky secara apik memainkan cello yang diiringi permainan gitar Ale dan karakter vokal khas Sari. Namun di tengah lagu Kapiten, Sari silam ke backstage, jamming oleh Ale dan Ricky menjadi penutup sesi pertama konser White Shoes And The Couple Company.
Sebuah video berdurasi 15 menit berisi dokumentasi perjalanan tur Eropa mereka kemarin, mengisi jeda memasuki sesi kedua konser WSATCC. Pada sesi kedua, penampilan WSATCC lebih atraktif di atas panggung dibanding pada sesi pertama sebelumnya, khususnya Sari yang menari-nari dengan bebas seakan memberikan betuk persuasif kepada audience untuk ikut menari, tapi apa daya ruang pertunjukkan GoetheHaus telah penuh sesak oleh penonton. Di sesi kedua WSATCC memainkan sekitar 11 lagu seperti, Senja Menggila, Selangkah Keseberang, Masa Remadja, Senandung Maaf, Vakansi, Kisah Dari Selatan Jakarta, Te O Rendang O, Aksi Kucing, Matahari, Tam-Tam Buku, dan ditutup dengan Lembe-Lembe. Selain aksi mereka yang atraktif pada sesi kedua, mereka banyak berinteraksi dengan para audiens sekligus menceritakan romantisme 8 tahun silam saat pertama kali mereka main di GoetheHaus, khususnya Ricky yang memiliki kenangan dengan mantan pacarnya ketika itu ketika main pertama kali di GoetheHaus.
Selama 90 menit WSATCC bermain di GoetheHaus yang diorganisir sendiri oleh mereka memberikan suatu bentuk atas apa yang telah mereka capai lebih dari sewindu. Selesai konser, para personil WSATCC berintegrasi dengan audience sebagai bentuk terima kasih sekaligus berbagai pengalaman dan bersenang-senang dengan berfoto bersama mereka. Lapak yang menjual Eropean Tour Journal 2013 dan marchendise berupa kaos dengan ilustrasi visual dari lagu Tam Tam Buku pun ramai diserbu para pengunjung malam itu.